Cikal – Bakal Berdirinya PP.
Raudlatut Tholabah
Sebuah daerah
yang baru dibabat masih nampak sisa-sisa kayu berserakan dan belum tertata
layaknya sebuah daerah. (itulah kebonsadeng namanya). Di sana sudah beberapa
keluarga diantaranya K. Ahmad Thoha
(mbah Thoha ), P. Sakiban dan P.
Rukilah. Suatu ketika ada seorang pengembara yang beristirahat di desa itu,
setelah beberapa saat beristirahat sang pengembara merasakan adanya suatu yang
sejuk dan damai(di sinilah akhirnya pembaraan, kata hati pengembara) kemudian
menoleh kekanan dan kekiri nampak sebuah mushollah dia sangat gembira karena
yang punya musholla pasti seorang panutan dan masyarakatnya sudah islam.
Akhirnya sang pengembara memberanikan diri mendatangi musholla dengan ucapan السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ternyata yang punya musholla tidak ada di
rumah, yang ada suara perempuannya yang tidak mau keluar rumah, hanya
mempersilahkan tamunya istirahat dimusholla. Setelah yang punya musholla pulang
dari membabat alas, beliau sangat terkejut bahwa orang yang datang atau adlah temannya sendiri,
bahkan gurunya waktu mondok di mangunsari nganjuk. Setelah saling melepas rasa
rindu dan saling cerita tentang keadaan dan pengalamannya shohibul bait memohon
kepada temannya agar bersedia muqim di daerah itu sampai akhir hayat dan sang tamu
pun menyetujui.
Pengembara
yang diceritakan di muka adalah mbah yai thohir yang telah mufakat dan dan
mantap kebonsadeng sebagai tempat akhir pengembaraannya. Untuk
mengembangkan ilmunya dan menuntut masyarakat pada jalan yang benar. Sebagai
orang yang menerima tamu, K. Ahmad Thoha mengundang kedua sahabatnya (P.Sakiban
dan P.Rukilah) untuk musyawaroh tentang mbah Thohir, ketika sahabatnya sudah
datang dimulailah musyawaroh tersebut. Sebagai
tuan rumah mbah thoha mengawalinya dengan berkata “kang sakiban, mbah thohir
sudah cocok dan sanggup untuk muqim di sini, terus mau di tempatkan di mana?
Apa di tanah babatan yang baru yang ada di utara sungai (desa nogosari
sekarang)”. Kang Sakiban menjawab “apa di sini sudah tidak ada tempat lagi…??”.
kemudian pak rukilah mendukung pendapat pak sakiban, “bener kang sakiban, kalau
mau dibutuhkan jadi panutan masyarakat di sini ya harus muqim di sini” kemudian
K. Ahmad thoha bertanya “terus di mana?” pak Sakiban menjawab “lah itu selatan
jalan apa kurang !” akhirnya ketiganya mifaqot kalau mbah yai thohir
ditempatkan di lahan selatan jalan. Kemudian dibangunlah rumah dan mushollah
yang sangat sederhana sebagai awal mbah thohir memulai kegiatan menjadi imam
sholat lima waktu dan mengajar santri seadanya. Inilah cikal bakal berdirinaya
PP. Raudalatut Tholabah Kebonsadeng, yang mana santri-santri yang menimba ilmu
kepada mbah yai Thohir, waktu itu putra-putri masyarakat di sekitar kebonsadeng
hingga akhirnya kemasyhuran dan kealiman beliau tersebar di penjuru nusantara denan
bukti datangnya santri-santri luar daerah kebonsadeng sendiri. Pada zaman
beliau di jember mbah Thohir terkenal
dengan kealimannya dalam bidang ilmu fiqih bahkan sampai terucap “kalau mau
mendalami ilmu usuluddin maka belajarlah kamu kepada KH. Abdul Halim
bangsalsari pendiri YPPMHI, kalau mau mendalami ilmu tasawuf belajar kepada
mbah Jaiz seruni, kalau ingin mendapatkan ilmu fiqih, maka bergurulah kepada
mbah yai Thohir kebonsadeng.
- Pulang ke rahmatullah
Disamping difasilitasi tempat dan musholla Mbah
Thohir juga diambil mantu oleh Kyai
Ahmad Thoha. Beliau dinikahkan dengan putri Kyai Ahmad Thoha yang bernama Nyai
Musminah sebagai pendamping beliau dalam mendidik dan mengajar ilmu syari’at
kepada santri-santrinya selang beberapa tahun banyak santri yang berdatangan
sehingga dibangunlah asrama-asrama untuk tempat tinggal bagi santri yang mukim
dan untuk belajar mengajar mereka dengan telaten dan penuh kesabaran mbah
Thohir mendidik dan mengajar ilmu
syari’at kepada santi-santrinya beliau mengabdikan jiwa dan raganya dan
hartanya. Beliau dalam berdakwah di jalan Allah SWT. Pengabdian beliau
berhenti ketika sang kholiq mengambil ruh beliau untuk kembali ke pangkuannya
mbah Thohir meninggalkan dunia yang fana
ini tanggal 11 Ramadhan 1364 H. Perkiraan ini berdasarkan peringatan haul
beliau yang rutin dilaksanakan tiap tanggal 11 Ramadhan untuk tahunnya
berdasarkan narasumber menyebutkan beliau wafat sekitar tahun 1945 M. jadi
kalau dikalkulasikan tahun hijriyah pada waktu itu adalah tahun 1364 H.
Berita
kewafatan beliau sangat cepat terdengar kemana-mana, dalam waktu singkat, dalem
beliau di penuhi lautan manusia yang datang untuk menberi penghormatan
terakhir, jenazah mbah thohir dikebumikan di sebelah baratnya masjid pondok.
Beliau wafat meninggalkan 2 putra dan 3 putri, yaitu Kyai Haromain (dari Istri
Nyai Umi Kulsum), Kyai Abdullah Faqih, Nyai Juariyah, Nyai Maisaroh, Nyai
Mursidah (Dari Nyai Musminah), dan peninggalan yang paling berharga dari mbah
Thohir adalah Pondok Pesantren Raudlatut Tholabah ini, yaitu pondok yang tidak
kekang oleh waktu meskipun mendapat cobaan dari segala arah sehingga beberapa
kali mengalami pasang surut dan akhirnya sampai pada saat ini. Pondok Pesantren
Raudlatut Tholabah masih sangat eksis dan meneruskan perjuangan beliau mbah
Thohir, tidak hanya pendidikan agama/syari’at saja yang diajarkan bahkan juga
didirikan juga pendidikan formal mulai MI, SMP Plus, dan SMK. Ini suatu bukti
bahwa akan kemurnian niat beliau dalam berdakwah dan memperjuangkan ajaran nabi
Muhammad SAW. Yaitu ajaran yang diridhoi allah SWT. Akhirnya semoga amal dan
jasad beliau diterima allah SWT. dan dosa kekhilafan beliau diampuni oleh-Nya.